25 September 2012

Foto

Benteng Kuto Besak.

Aku, Fathir, Maya, dan Ardi sedang menjalankan doble date part sekian kami. Kali ini pilihan jatuh pada hunting foto di Benteng Kuto Besak. Don’t expect too much about kegiatan hunting foto ini, ya. Karena kami cuma bermodalkan Samsung Galaxy Note milik Fathir. Tidak ada kamera DSLR atau sejenisnya. Eh? Bener kan ya namanya kamera DSLR? Hihi.

“Sayang, fotoiiiiin....” aku berteriak manja kearah Fathir yang masih sibuk memotret ampera. Dari sini ampera terlihat sangat jelas.

Fathir mengarahkan Samsung Galaxy Note-nya kearahku, dan aku memasang gaya. Lalu... Jepret! Fathir mengabadikan gambarku.

“Lagi sayang. Lagi...” aku berpindah posisi.

Fathir tak membantah. Dia lagi-lagi mengambil fotoku dalam beberapa gaya.

“Thir, lo capek nggak sih punya cewek kayak si kampret ini?” Maya melempar sebotol nu green tea dingin yang baru saja dibelinya kearahku. Aku buru-buru menangkapnya.

“Monyet lo, ya. Asal lempar aja!” Aku bersungut kesal.

Maya cekikikan. “Lo belum jawab pertanyaan gue, thir!” Maya masih menuntut.

Fathir mengarahkan kameranya ke aku dan Maya lalu memotret kami yang sedang sibuk dengan minuman kami.

“Capek kenapa?” tanya Fathir. Khas banget. Menjawab pertanyaan dengan pertanyaan.

Maya tampak gemas, dia bangkit dari duduknya dan berjalan menuju Fathir. Lalu mendaratkan cubitan kecil ke lengannya. Fathir meringis.

“Ya gini, tiap detik minta foto. Dikit-dikit minta foto. Apa-apa minta foto. Gue curiga, lo dianggep pacar apa tukang foto pribadi sama si kampret ini...” Maya menunjuk aku dengan dagunya.

“Eh monyet lo yaaaa....” Aku melempar Maya dengan tutup botol nu green tea-ku. Maya menangkapnya sambil tertawa.

Fathir tertawa pelan. “Emang gue yang mau kok...” jawabnya kemudian.

“Mau jadi tukang foto dia?” Maya mencecar.

Fathir tertawa. Kemudian mengangguk. “Dan juga jadi pacarnya dia...” Fathir menambahkan.

Aku merasa menang, kujulurkan lidah ke arah Maya kemudian tertawa terbahak. “Sirik ya lo, nyet?” tanyaku.

“Amit-amit” Maya menjawab cepat. Tertawa. “Lagian lo kok doyan banget sih di foto, Ay? Mau lagi cakep, mau lagi jelek. Mau jerawatan, muka minyakan, abis bangun tidur. Bahkan lo keringetan dan muka kusem aja mau difoto. Kapan sih nyet lo nggak mau di foto?"

Aku terbahak. Sesaat nampak berfikir. Kemudian menjawab singkat, “Nggak pernah.”

Maya menyeruput isi botol nu green tea-nya. “Lo nggak ada banget takutnya keliatan jelek di foto...” katanya menambahkan.

“Yaelah, nyet. Gue kapan jelek sih? Muka kusem keringetan aja masih cakep. Ya nggak yang?” Aku bertanya kepada Fathir yang kemudian dijawab Fathir dengan anggukan dan tawa lebar.

“Hidih... PD... PD abis...”

Aku tertawa. “Gue fotogenic, nyet. Nggak pernah jelek gue... Hahahhaha...”

“Astaghfirullah. Hahahhha... Satu aja deh ya punya temen kayak lo... Hahhahaha....”

“Nah lo daripada rempong ngurusin gue dan kapan gue jelek, mending sekarang lo fotoin gue sama Fathir, deh...” kataku semangat. “Sayang, note-nya kasih Maya, deh. Kamu sini...” aku melanjutkan.

Fathir menurut, menyerahkan note-nya ke Maya dan berjalan mendekat kearahku. Sementara Maya? Meski dengan setengah hati, mau juga.

“Dapetin ampera-nya ya, May... Kitanya diujung aja. Ngerti kan?” aku memberikan instruksi.

“Iya, bawel!”

Maya mengambil foto aku dan Fathir dalam beberapa posisi. Kami berpindah-pindah tempat. Fathir sibuk mengecek hasil foto secara berkala setelah Maya mengambil foto. Aku sih cuek aja. Mau gimanapun hasilnya, aku sih pasti cantik terus. Hahahahha.

“Udah ah, udah banyak nih, capek. Udahan, ya...” Kata Maya akhirnya, setelah beberapa puluh foto yang dijepretnya.

Aku, meski masih pengen difoto, akhirnya mengalah. Fathir mengambil alih lagi Galaxy Note-nya dan mengambil fotoku sendirian dengan latar belakang ampera beberapa kali. Langit sudah mulai gelap, sebentar lagi sunset. Ampera keren banget kalo malem, banyak lampunya.

Fathir sibuk memilih-milih hasil foto yang ada dia-nya. Yang jelek mau dihapusin katanya. Aku sih terserah dia aja. Kan aku cantik terus :p

“Yang ini aku keliatan kurus banget, ya?” kata Fathir menunjukkan satu foto padaku. Aku melirik kearah Galaxy Note-nya.

“Yaelah, yank. Gimana aku yang di tiap foto kurus?” aku menjawab sekenanya.

“Lo mah di dunia nyata juga kurus kali, nyet. Kagak di foto doang...” Maya ikut nimbrung, melongo kan kepalanya ke Galaxy Note Fathir dan ikut menyeleksi foto hasil jepretannya.

Aku terbahak. “Kampret! Kayak sendirinya gendut aja...” Aku menoyor Maya.

“Eh tapi gue nggak sampe sekurus lo gitu ya, nyet!” Maya membela diri, mendekatkan pergelangan tangannya ke pergelangan tanganku, membandingkan.

“Biarin kurus yang penting gue bahagia, dan pacar gue sayang banget sama gue...”

“Aku sih nggak peduli kamu mau kurus atau gendut, yank. Aku tetep sayang. Yang paling penting bagi aku itu kamu... bukan orang lain!”

“Nah, denger lo nyet. That’s the most important. Jadi lo nggak perlu capek-capek jadi Aya wanna be, ya. Fathir maunya gue doang, nggak mau yang lain...”

“Hahhahaha... Najiiiiis...”

“Laki lo mana sih?” tanyaku kepada Maya. Daritadi si Ardi menghilang, pamitnya mau ke toilet, tapi sampe sekarang nggak balik-balik juga.

Maya mengangkat bahu.

“Si Ardi kecantol cewek lain, tuh...” Fathir menggoda Maya.

“Ya nggak mungkinlah, dia sih cinta mati sama gue...” Maya membela diri tapi matanya sibuk mencari kesana kemari. “Nah itu dia! BEBEEEEEBBBB!”

Aku dan Fathir mengikuti arah pandang Maya dan menemukan sosok Ardi mendekat. Langit semakin gelap, semburat jingga muncul di ujung sana.

“Eh, sunset!” Ardi berteriak. Menunjuk ke arah belakang aku, fathir, dan maya. Sontak aku, Fathir, dan Maya menoleh dan melihat langit berwarna jingga yang sangat cantik.

“Eh fotoin. Fotoin. Aku sama sunsetnya...” Aku mendorong Fathir menjauh, agar ada jarak dia bisa mengambil fotoku dengan latar belakang sunset. Fathir menurut. Aku memasang gaya, dan Fathir mengabadikannya dalam gambar, tanpa protes.

Si Fathir ini... The way he loves me so much ini yang bikin aku nggak berenti bersyukur dikasih Allah kesempatan buat sama dia. Semoga semuanya baik-baik sampe akhir ya Allah ya...

“Di whatsapp ke aku ya, yank... foto-fotonya. Mau aku upload ke instagram dan twitter, buat bahan stalkingan para fans...” kataku yang disambut tawa berderai Fathir, Maya, dan Ardi.

Ah, life... Thank God I have them...

posted from Bloggeroid

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Blog Design ByWulansari