12 Agustus 2017

Wedding Drama : Mahar

"Saya terima nikahnya Adyta Dhea Pramita binti Ary Purbaya dengan Mas Kawin uang tunai sebesar Delapan Ratus Ribu Rupiah, TUNAI..."

SAHHH!!!

Suami saya bukan tidak mampu memberikan Mahar sekian suku emas... Atau sekian gram Logam Mulia... Sekian juta uang tunai... Rumah, Mobil, Apartemen, apapun itu... Atau juga nominal uang tertentu yang cantik, sesuai dengan tanggal akad nikah.

Mahar adalah satu-satunya keputusan mutlak saya sebagai calon pengantin, tanpa interupsi dari orang tua, calon mertua, atau pun calon suami. Satu-satunya persiapan pernikahan saya yang ga ada bumbu-bumbu dramanya. Alhamdulillah, ada juga yang ga drama ya bok. Ahahahahahahah...

Betul. Mahar saya adalah uang tunai. Delapan Ratus Ribu Rupiah. Kenapa delapan ratus? Biar sesuai aja ama tanggal akad yaitu tanggal 8. Kenapa ga sekalian lengkap ama nominal bulan dan tahun? Karenaaaa ngapalin bacaan ijab qabul aja Papa udah deg-degan setengah mati, calon suami juga latihannya berhari-hari (Iya, mereka berdua sama-sama tipe yang gampang gugup). Dan saya ga berminat menambah beban hafalan dan persiapan mereka dengan mahar yang nominalnya sesuai tanggal akad nikah, ribet.

Kenapa uang tunai tanpa dihias sebagai pajangan? Hanya uang tunai, delapan ratus ribu rupiah, UTUH... yang dimasukkan kedalam box mahar... Kenapa berbentuk uang tunai, bukannya logam mulia, emas, perhiasan, atau apapun? Karena... Setelah saksi mengatakan SAH dan kami resmi menjadi sepasang suami istri, maka uang mahar tersebut akan saya sumbangkan kepada Masjid. Iya. Semuanya. Delapan ratus ribu rupiah..

Kenapa disumbangkan, Dhea? Ntahlah... Karena bagi saya uang segitu kalo dipegang sendiri bakal abis abis gitu aja ga jelas. Kalo dihias cuma cantik jadi pajangan aja lama lama juga berdebu. Tapi kalo disumbangkan, maka akan bermanfaat bagi orang lain. Saya menyadari hidup saya penuh dosa, jarang banget bermanfaat bagi orang lain. Saya menyadari bahwa saya masih sering mementingkan diri sendiri daripada orang lain yang sebenernya membutuhkan.

Saat saya menyampaikan permintaan mahar saya kepada calon suami, dia sempet kaget. Cuma delapan ratus ribu aja sayang? Bahkan masih dia tanyakan sampai kami mendaftarkan pernikahan kami ke KUA.

Iya, sayang. Delapan ratus ribu saja.

Karena sebaik-baiknya wanita adalah yang paling murah maharnya dan paling mudah rahimnya.

Sebenarnya delapan ratus ribu pun bukan nominal yang sedikit. Tapi menjadi sedikit apabila calon suami termasuk mampu. Banyak banget tamu undangan yang hadir saat akad nikah agak terkejut mendengar mahar yang disebutkan. Untuk ukuran cewek banyak maunya dan belagu macam gue gini ya bok, yang kirain bakal sulit dikawinin karena banyak pintaannya yaaa.. Ternyata cuma minta mahar gitu doang. Hehehehe.

Abis ini ada yang nyinyir nih... Iya maharnya delapan ratus ribu doang. Uang asapnya puluhan juta. Seserahannya seabrek-abrek. Pesta maunya di hotel bener dengan undangan ribuan. Hehehehehe. Alhamdulillah sih kalo dipikirnya begitu. Padahaaaaaallll hahahahah... Seserahan belinya nyicil biar ga ngeberatin suami. Vendor nikahan juga pilihnya yang lagi diskonan. Kalo kebetulan keliatannya WAH banget, ya itu beruntung aja... Persiapan jauh jauh hari biar bisa milih vendor diskon-diskonan... Aahahahah...

Yaudah itu aja sih, mau berbagi cerita ini aja sih. Setelah sekian lama ga bikin blog post wedding drama. Sabar sabar yaaa nungguin kelanjutan wedding drama ala dhea. Banyak banget yang belum ditulis ceritanya. Banyak cerita baru juga... Ngumpulin semangat dulu yaaaaaaa.....

Blog Design ByWulansari