Judul : Dear John
Penulis : Nicholas Sparks
Penerbit : Gramedia, 2010
***
Gue inget banget saat itu gue baru masuk kuliah semester tiga ketika menemukan kutipan-kutipan novel ini di twitter salah satu adek tingkat gue. Penasaran karena kutipan-kutipan itu cukup nyesss, tapi entah kenapa nggak tertarik beli tiap kali nemu di Gramedia. Mungkin karena novel terjemahan dan gue takut bahasanya nggak asik jadi bikin males baca. Tapi kemarin saat nemu salah satu olshop buku kesayangan upload dan jual buku ini, tanpa pikir panjang gue langsung beli.
Begitu bukunya sampe, gue langsung baca. Karena bukunya lumayan tebel, gue nggak bisa menyelesaikannya dalam sekali duduk. Jadilah gue mencuri-curi baca disela jam kantor yang audzubillah padetnya kerjaan. Nyuri baca di sela scanning berkas mingguan. Nyuri baca di sela jam makan siang sambil tandatangan berkas. Hahahaa. Iya, kembali ke Prabumulih Timur memaksa gue pinter multitasking. Kalo engga, alamat nggak bakal selesai-selesai ini kerjaan yang menumpuk -_____-
Kesan pertama setelah selesai baca Dear John adalah.... Pingin nangis. Nyes banget sih, yaaa.... Kebawa suasana banget loh ya pas baca. Pingin nangiiis beneran pas baca dialog-dialognya. Terjemahannnya ternyata asik, nggak ngebosenin dibaca. Malah nggak berasa lagi baca buku terjemahan.. daaaannn, Dear John menegaskan bahwa jarak memang adalah salah satu hantu paling kampret dalam sebuah hubungan. Demn you, distance!!!! :]x
Gue suka baca surat-surat dari Savannah untuk John. Manis dan nyes.... Gue yang sekedar baca aja pingin nangis, padahal surat itu bukan buat gue. Apalagi John, ya... Yang sebagai tertuju isi surat. *puk puk john*
Gue suka interaksi antara Savannah dan John, bagaimana mereka berdua sama-sama menguatkan ketika jarak hendak mengacaukan segalanya. Tapi gue sebel, saat akhirnya Savannah menyerah dan memilih berbalik mencintai orang lain. Tapi at least, gue puas dengan endingnya yang happy. Jodoh memang akan selalu menemukan jalannya sendiri, ya. ada orang-orang yang saling mencintai tetapi tidak diciptakan untuk bersama. ada pula yang mati-matian menjauh namun pada akhirnya tetap dipersatukan. Well, gue percaya, selalu percaya, bahwa Tuhan tidak pernah salah. Maka pada siapapun itu ujung jalannya, adalah pasti sudah yang paling baik...
Kekuatan hati John dan ikhas yang maha besar itu kayaknya perlu dipelajari banyak orang... Bahwa mencintai adalah mendahulukan kebahagiaan orang yang kita cintai...
Oh, by the way, gue agak gimanaaaa gitu baca interaksi John dan Ayahnya. Berasa karena akhir-akhir ini sering mengalami itu. Kadang bete sendiri, ya. Pingin jedotin kepala ke tembok rasanya kalo udah putus asa. Haha. Dan sedih saat Ayah John pada akhirnya meninggal. Entah kenapa, sejak kepergian (calon) kakak ipar, gue nggak pernah suka dengan adegan kematian. Karena bukan kematian yang menyedihkan, tapi kebiasaan yang hilang. Dan adegan kematian selalu membuat gue merinding hebat dan termenung berjam-jam kemudian karena inget (calon) kakak ipar :'(
Gue juga suka covernya. Sederhana. Tapi menggambarkan segalanya tentang Savannah dan John. Elo harus baca sampe selesai baru bisa tau kenapa gue ngomong gini :D
Dan pada akhirnya, satu sampe sepuluh, gue memberikan sembilan untuk buku ini. Bacaan tidak ringan tetapi juga tidak berat, cocok untuk menemani akhir minggu kalian, apalagi kalo ditambah kue kering dan teh hangat. :D
“I finally understood what true love meant...love meant that you care
for another person's happiness more than your own, no matter how painful
the choices you face might be.”
“When you're struggling with something, look at all the people
around you and realize that every single person you see is struggling
with something, and to them, it's just as hard as what you're going
through.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar