29 November 2010

Delapan Peri - Sitta Karina

Pertama dari segala yang utama, saya ingin memperkenalkan diri. Nama saya Adyta Purbaya. (penting loh! nanti Mbak Sitta nggak tau sama saya, hihi) Dan saya baru saja menyelesaikan membaca Delapan Peri – Sitta Karina dalam sekali duduk :)

Delapan Peri adalah “tulisan” kedua Sitta Karina yang saya baca, setelah sebelumnya (beberapa hari yang lalu) saya membaca Kumpulan Cerpen Pertama Kalinya! milik Sitta Karina. 
yayaya, saya adalah book-freak yang bahkan bisa menghabiskan lima novel dalam satu hari :D *Asal tahan denger omelan si mamah yang memekakkan telinga ketika saya berdiam diri seharian dikamar membaca banyak buku, dan mandi sekali dalam sehari, lupa makan-minum, lupa segalanya :D

Jujur-jujuran nih… Saya baru membaca dua tulisan Sitta Karina. *telat banget yah? Padahal Sitta Karina sudah menghasilkan sekian banyak tulisan dalam bentuk buku yang (pastinya) bagus-bagus. Tapi, itulah kenyataannya. Saya baru membaca DUA dari sekian banyak buku yang udah ditulis Sitta Karina. huhuhu

Telat tetap lebih baik daripada tidak sama sekali kan? #ngeles :D

Awal “tau” Sitta Karina?? Sepertinya lagi-lagi saya harus mengakui bahwa saya amat sangat telat :D Saya baru “kenal” dengan sosok Sitta Karina (Jiah kenal, emang udah pernah ketemu? Haha) Sekitar awal Maret lalu. Ketika saya memutuskan untuk membeli salah satu Novel karya Mbak Okke Sepatumerah yang berjudul Heart Block. Disana, di halaman awal, ada tulisan Sitta Karina. Pendapat Sitta Karina tentang Novel itu. Well, setelah membaca itu, saya langsung search ke google. Who is Sitta Karina absoloutly? Hihi (Ampun dah telaat telaaat bangeeeeet). 

Pendukung lainnya saya kenal Sitta Karina adalah situs jejaring sosial bernama twitter. Saya lupa sejak kapan saya menjadi followers Sitta Karina. Yang jelas, dari sanalah segala keingintahuan saya terhadap buku-buku SItta Karina membesar. Apalagi kalo baca twit dari beberapa penggemar bukunya, saya semakin ingin tahu.

Beberapa judul dari beberapa tulisan Sitta Karina bertemakan Hujan – dan Pelangi. Dua hal yang “juga” saya suka. Saya suka Hujan. Saya suka bau rumput yang basah terkena hujan. Apalagi ada bonus pelangi yang indah setelahnya. Seperti yang Sitta Karina tulis dalam salah satu cerpen-nya di Delapan Peri.

*Ehem* *kembali ke main purpose* Saat ini, saya ingin membahas buku Delapan Peri – Sitta Karina, yang berisi enam belas tulisan dalam bentuk cerpen yang pernah di muat di majalah CosmoGirl! Buku ini saya pesan online langsung dari TerrantBooks, dan sampai ke alamat tujuan hari kamis kemarin, tapi karena alamat tujuannya adalah alamat sodara saya dan saya sudah keburu mudik, jadilah buku ini baru sampai ke tangan saya tadi pagi :D Buru-buru buka, dan surprise dengan tanda tangan Mbak Sitta Karina di halaman terdepan (terimakasih TerrantBook, hehe) karena kemarin pihak TerrantBooks bilang udah nggak ada lagi delapan peri bertanda tangannya, hiks.

Ternyata sampe baris ini pun saya masih menulis hal-nggak-penting bukannya malah me-review Delapan Peri, hihihi.

Oke.*sekali lagi kembali ke main purpose dari tulisan bawel saya kali ini adalah... review Delapan Peri - Sitta Karina : (semoga nggak ngalor ngidul kesana kemari lagi, hihi)

Enam Belas Tulisan dalam bentuk cerpen di delapan peri saya habiskan dalam sekali duduk. Dari jam 3 sore, baru selesai sekarang, (hampir jam delapan malam). Rekor baru saya untuk membaca kumpulan cerpen. 
Untuk Kumpulan Cerpen Pertama Kalinya! atau beberapa kumpulan cerpen teman-teman #99writers, saya harus menghabiskan beberapa hari untuk membacanya. Karena itu cerpen gitu loh! antara cerita yang satu dengan cerita yang lain tidak ada kaitan sama sekali. Jadi kalopun kita berhenti membaca di satu cerita, dan melanjutkannya besok, lusa, minggu depan atau bahkan bulan depan. Tidak ada beban dalam otak dan rasa penasaran bagaimana kelanjutan cerita tersebut. (sebenarnya itulah alasan kenapa saya jarang bisa menikmati kumpulan cerpen). Karena cerita demi cerita yang terlalu sedikit, klimaks yang tidak terlalu nyata, pendeskripsian tokoh yang nanggung, dan lain-lain, dan lain-lain.

Tapi berbeda dengan delapan peri… Saya bersemangat sekali membaca dari awal hingga akhir. Bahkan saya tidak melepaskan buku itu ketika saya harus makan, minum, ke kamar mandi untuk buang air kecil, menelpon papa, dan serangkaian kegiatan lainnya (kecuali mandi dan sholat, yang ini terpaksa buku nya di tinggal dulu, hahah). ada sesuatu dalam setiap cerita pada Delapan Peri yang memaksa saya untuk terus dan terus membaca dan menghabiskan cerita demi cerita di sana. Terus dan terus membaca cerita demi cerita, hingga akhirnya cerita pendek berjudul Delapan Peri, pada halaman 169, ketika membalik kehalaman kemudian, saya malah mendapati profil singkat Sitta Karina.

What?? Udah kelar? Abis? Segini aja cerpen nya? Ahh… saya masih mau dan masih terus mau membaca puluhan bahkan ratusan cerpen Sitta Karina. Saya masih ingin terus menikmati imajinasi-imajinasi liar yang saya bangun sendiri dalam pikiran saya untuk setiap cerita-cerita di sana. Asal buku ini jangan di film-kan saja, karena akan bakal sangat amat merusak imajinasi saya yang sudah di bangun untuk itu :D

Hal yang saya suka dari sini, di luar konteks cerita yang mengalir dan sangat nyaman di baca. Tidak terlalu berat, tapi tidak juga terlalu ringan. Tidak menimbulkan kerutan di jidat untuk memahaminya, tapi tidak juga terlalu mengalir seperti air ketika membacanya.

Di samping itu, lukisan-abstrak-berwarna-warni (hihi) yang di selipkan di lembar-lembar tak terduga pada beberapa cerpen juga cukup menarik perhatian dan menghibur mata saya dari kelamnya hitam-putih tulisan. Nggak, saya bukan penderita Skizofrenia seperti dalam salah satu cerpen disini kok. Sumpah! Buktinya saya mampu menyelesaikan Delapan Peri hanya dalam sekali duduk, dan melanjutkan menulis review ini setelahnya. Hanya saja, kelelahan mata terhadap warna hitam-putih tulisan yang rapat, terasa terhibur dengan ada nya gambar warna-warni, meskipun gambar sederhana, tapi mengagumkan. (Ini pasti gambaran tangan Mbak Sitta Karina sendiri, kan? :D)

Well, setelah membaca suatu buku, maka kita akan ditemukan pada pertanyaan "Apa yang kamu dapatkan dari buku itu? Manfaat setelah kamu baca buku itu apa?"

Setelah membaca Delapan Peri… Banyak hal yang saya pelajari, tentang cinta, persahabatan, peduli keluarga. Bahkan tentang imajinasi seperti peri-peri hutan layaknya di cerita Delapan Peri. *Sesuatu yang sama sekali tidak pernah mampir ke otak saya adalah khayalan tentang peri dan sebagainya. Dan, Sitta Karina dalam Delapan Peri-nya berhasil "membangunkan" saya untuk itu :)

Daaaan, di samping itu juga, yang paling jelas banget terasa setelah membaca ini adalah saya jadi penasaran dengan serial Keluarga Hanafiah, Magical Siera, serta buku-buku Sitta Karina yang lain. Karena dalam beberapa cerpen nya, Sitta Karina selalu menyisipkan tokoh-tokoh dalam salah satu serial tersebut. (Segera, saya PASTI bakal melengkapi koleksi saya dengan buku-buku nya Sitta Karina. – kalo bisa dapet sepaket yang bertanda tangan, saya mauuuu bangeet bangeeeeettt hahahahahha)

.....

Hm, Cerpen paling saya suka di sini adalah… Setoples kembang Gula bernama Pilihan, bagaimana kita harus memilih antara ini itu, memilih jadi begini atau begitu, memilih antara dua hal yang pasti akan terasa berat. Bagaimana kita menyikapi pilihan-pilihan itu dan menjadikannya sesuatu yang berharga dalam hidup kita – tanpa menyakiti siapapun dengan pilihan tersebut, termasuk menyakiti diri sendiri. *hidup memang pilihan kan? :)s

yang jelas.. Delapan Peri, KEREN!! aya suka ilustrasi yang SItta Karina gambar di sana, Suka banget, *eh? tentu saya juga suka bagaimana Sitta Karina mengangkat tema-tema biasa, seperti halnya persahabatan, ayah korupsi, dan sebagainya. Menjadi suatu bacaan “tidak biasa” yang sangat layak dinikmati. 

Puluhan pelajaran tersirat di sana. Puluhan makna penting yang di dapat setelah membacanya.


You MUST READ This BOOK :)


(dan, Malam ini saya akan tertidur dengan bermimpi akan peri-peri hutan baik hati dan siap menolong… serta bermimpi bertemu Mbak Sitta Karina yang cantik, hihi *bermimpi lah setinggi-tinggi nya, siapa tahu nanti bisa jadi kenyataan :D )

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Blog Design ByWulansari