24 Oktober 2010

SMS PELANGI (Adyta Purbaya)


***
Hari ini, sama seperti hari-hari sebelumnya. Saya dan kamu hanya mengandalkan handphone sebagai penyampai rindu.
Hari ini, sama seperti sebelumnya, saya dan kamu sama-sama tidak bisa bertindak lebih jauh untuk hati kita.
Hari ini, masih sama seperti sebelumnya, saya dan kamu masih bertahan dengan keadaan rumit ini.
                              
***
From : Pelangi (+62856642****)
Lagi apa? Udah makan? :)

Bukan Sekali sms bernada seperti itu masuk ke handphone saya. Bahkan rasanya sudah terlalu sering. Sekitar 5 atau 6 kali dalam sehari. Eh? Bahkan Rasanya setiap detik setiap hari.
Saya tersenyum membaca barisan sms itu, segera saya menekan tombol reply dan membalas sms itu.

To : Pelangi (*0856642****)
Lg kangen kamu. Haha. udh makan ko. kamu? lg apa?

Menunggu kamu membalas sms itu, saya menerawang. Melihat deretan nama ‘Pelangi’ memenuhi inbox handphone saya. Saya mengingat-ingat, berapa lama kita berada dalam semua ini.
Satu bulan kah? Dua bulan? Tiga bulan? Ah.. rasanya sudah setahun ini ya?
Kamu masih tetap sama, nggak pernah berubah. Selalu perhatian, selalu peduli. Kamu nggak pernah lupa untuk mengirimi saya sms-sms manis setiap harinya. Kamu selalu ada setiap saat saya harus membagi sedih dan bahagia.
Handphone saya bergetar, satu sms masuk lagi.

From : Pelangi (+62856642****)
Gombaaaaal!!!
Belom xD lg maen nih. .

Lagi-lagi saya tersenyum. Entah kenapa, setiap sms kamu selalu membawa jutaan kupu-kupu yang memaksa saya berada dalam mood baik dan senyum terus.. (Makasih untuk itu, yaa.. :D). Saya membalas sms itu dengan cepat. Secepat detak jantung saya yang nggak bisa ditahan.

To : Pelangi (+62856642****)
wkwkwkwk itu serius dodol! :D Maen apa?

Saya melihat layar handphone yang memproses pengiriman sms itu. Pikiran saya kembali melayang ke suatu masa, saat kamu dan saya belum seperti ini. Rasanya, kita nggak pernah peduli ada atau nggak ada nya satu sama lain dalam masing-masing hari.
Saya bahkan nggak peduli kamu udah makan apa belum, kamu lagi ngapain, gimana ujian kamu, kapan kamu mudik, dan lain lain.
Tapi sekarang rasanya beda. Saya selalu ingin tahu apa yang sedang kamu lakukan. Saya selalu ingin tau kamu lagi dimana, dan sama siapa. Saya selalu ingin memastikan kamu baik-baik saja.
Handphone saya bergetar untuk yang kesekian kali. Saya buru-buru membacanya.

From : Pelangi (+62856642****)
Loh? td knp gak sekolah?
jangan lupa makan yaa :D

Saya mengernyit bingung membaca sms itu, kok rasanya nggak nyambung sekali dengan sms sebelumnya yaa?
Kamu memang ahlinya mengalihkan topik pembicaraan. Tapi kali ini, benar-benar jauh melencengnya dari topik.
Sekolah? Hallo….
Masih dalam kebingunan penuh, handphone saya bergetar lagi, satu sms masuk lagi.

From : Pelangi (+62856642****)
Haduh maap, slh kirim :D

JGAR!!! jutaan kilat mendadak menyambar-nyambar diatas kepala saya. Senyum yang sedari tadi mengembang mendadak luntur. Semestinya saya sudah tau dari tadi…
Ini yang selalu saya hindari, kenyataan bahwa kamu sudah ada yang memiliki. Seorang gadis manis berambut panjang itu adalah seorang pemilik hatimu yang sah.
Sementara saya? saya hanyaa…
Saya menekan tombol reply dan membalas sms mu.

To : Pelangi (+62856642****)
Gapapa.. itu buat Andin, ya?

Saya menyadari dengan sesadar-sadarnya bahwa kamu sudah nggak sendiri lagi. Saya menyadari sesadar-sadarnya bahwa sudah ada gadis lain yang memiliki hati kamu. Tapi, entah kenapa, saya selalu berusaha menepis kenyataan itu.
Saya selalu nyaman tiap ada deket kamu. Kamu tau gimana caranya membalikkan semua mood baik ketika saya merasa kehilangan itu semua. dan, yang paling saya suka, karena bersamamu, saya selalu tidak pernah merasa sedih. (kecuali saat menyadari ‘kenyataan’ yang saya hindari itu)
Handphone kembali bergetar menandakan ada pesan baru dari mu. Saya membacanya dengan hati yang setengah terluka.

From : Pelangi (+62856642****)
Lg apa skg?

Tuh kan! Kamu emang ahli nya mengalihkan topik pembicaraan.
Bahkan dulu… waktu saya tanya kejelasan tentang “kamu yang katanya baru jadian” pun kamu masih mengalihkan untuk setiap pertanyaan saya.
Fiuh! Saya mengumpulkan tenaga untuk membalas sms kamu itu.

To : Pelangi (+62856642****)
Lagi tiduran aja, smsan :)

Saya sengaja tidak menyisipkan pertanyaan atas sms saya, tapi saya tau, kamu pasti membalas sms itu.
Kamu hampir tidak pernah mengabaikan sms-sms saya, sekalipun sms itu nggak penting. Kamu selalu membalasnya.
Handphone kembali bergetar. Saya tersenyum.

From : Pelangi (+62856642****)
Pasti smsan sama cwo ganteng xD
Eh, traktiran nya mana? :D

Senyum yang sempat luntur kembali mengembang. Benar kan, kamu memang selalu tau caranya membalikkan mood baik saya.
Saya melihat jadwal untuk besok. Kosong. Nggak ada rencana apa-apa, maka saya membalas sms mu dengan ajakan nonton bareng, sekalian melunaskan utang traktiran saya yang sempat tertunda lama.

To : Pelangi (+62856642****)
Besok ada rencana apa? kami kosong! kami traktir nnton, yuk? :)

Getaran Handphone untuk kesekian kali nya menyentakkan saya dari lamunan. Rasanya getaran yang ini datang terlalu cepat.

From : Pelangi (+62856642****)
berdua aja?

Saya kembali menerawang, kita memang nggak pernah pergi berdua aja. Belum pernah tepatnya. Mengingat status kamu yang sudah dimiliki orang lain. Maka, sebisa mungkin kita nggak menimbulkan kecurigaan yang dapat menyakiti hati pasangan mu.
Saya mengetik perlahan balasan untuk mu.

To : Pelangi (+62856642****)
Iya, knpa? takut pacar mu marah kalo tau? :)

Saya kembali merasakan rasa sakit menghujam jantung, sesak nafas rasanya. Mengingat kenyataan kamu sudah dimiliki orang lain.
Balasan darimu datang lebih cepat, dan saya segera membacanya.


From : Pelangi (+62856642****)
Pacar kamu itu looooh :(

Kalimat itu kembali mengiris hati saya. Bahkan sekarang rasanya hati itu berdarah.
Ini… Ini yang bikin kita kesulitan menjalani hubungan ini.
Bukan hanya karena kamu sudah dimiliki gadis lain, tapi karena juga sudah ada pemilik sah untuk hati ku.
Bukan karena lupa dan sindiran yang bikin kita jadi berkali-kali batal pergi berdua, tapi karena sebelum mengutarakan ajakan, kita selalu memikirkan perasaan masing-masing pasangan kita.
Hubungan ini memang rumit.
Kamu dan saya memang nggak pernah menjalin hubungan lebih dari sekedar TEMAN.
Saya nggak pernah nanya ke kamu, dan kamu nggak pernah meminta ke saya.
Tapi, apa yang kita lakukan. sms-sms ini, telpon-telpon dan semua perhatian satu sama lain, cukup membuat kita untuk merasakan jadi lebih dari sekedar teman.
Tapi nggak ada yang bisa kita lakukan, selain bertahan dalam hubungan yang rumit ini.
Nggak ada selain menikmati ‘sedikit waktu’ yang bisa kita lewati sama-sama.
Saya memang nggak pernah meminta mu memperjelas hubungan kita. Kamu pun nggak pernah melakukan hal yang sama.
Saya dan Kamu, hanya bisa menikmati apa yang kita jalani.
Kamu, kadang bisa jadi sosok sangat baik, bahkan lebih dari pemilik hati saya yang sah. menghadirkan bahagia dan membagi rasa nyaman.
Tapi kemudian kamu juga yang menghilangkan semua rasa itu serta melunturkan senyum saya ketika kamu mulai bercerita atau bahkan lebih memilih pemilik hatimu yang sah.
Saya tau ini salah.
Kamu juga tau.
Kita tau dengan pasti.
Tapi, rasa nyaman yang dihadirkan dari semua kesalahan ini, membuat saya (rasanya juga kamu) nggak rela mengkahirinya.
Saya (mungkin kah juga kamu?) hanya bisa berharap agar bisa terus ada dalam hubungan yang ‘salah’ ini.
Saya (mungkin kah juga kamu?) hanya bisa berdoa.. semua terus berjalan lancar, seperti ini.
Kamu memang pelangi. Setia membagi indah sehabis hujan.
Kamu memang pelangi, yang akan menjadi sesuatu yang ‘salah’ ketika kamu muncul ketika hujan sama sekali tak berniat turun.
Kamu memang pelangi…
Mohon tinggal lah lebih lama, temani aku, dan buat semua ini jadi tak salah lagi.
*****

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Blog Design ByWulansari