Tentang seseorang yang selalu menjadi "pukul sekian" dalam hidup mereka. Sebenernya ini postingan lama mereka berdua, saya juga bacanya udah dulu, duluuuuu banget. Tapi mengingat beberapa bulan terakhir ini selalu terbangun ditengah malam pada jam yang nyaris selalu sama, saya tiba-tiba pingin baca ulang postingan mereka. Jadilah tadi, mention mbak hanny dan mbak wangi di twitter minta dibagi linknya. Sebenernya kan bisa nyari langsung ke blog mereka, tapi kok udah saya ubek-ubek nggak nemu ya? Hehehe
Semua orang punya sosok itu. Sosok di pukul 3 pagi yang membuat kita terjaga dan ingin pergi menjaganya. Kamu juga punya. Dan kamu, adalah pukul 3 pagiku. Karena itu, setiap kali kamu sedang merasa sangat sendirian, kamu tinggal mencari namaku di memori telepon genggammu, lalu menekan tombol itu: call. - (www.beradadisini.com)
Kamu punya sosok itu. Seseorang di jam sebelas malam.
Seperti aku. Aku juga punya. Sosok sebelas malam-ku yang bersedia bertahan berjam-jam hanya untuk sebuah cerita. Rela membuang pulasnya hingga pagi tiba.
Dia adalah sosok itu. Kamu juga punya kan?
(wangisusilo.wordpress.com)
Saya? Iya. Saya pun sama seperti mereka. Punya seseorang yang menjadi "pukul sekian" bagi saya. Setiap kali saya terbangun dipertengahan malam yang entah karena apa, saya akan selalu tau apa yang harus saya lakukan. Mengambil handphone dan menelpon dia.
Dia. Pacar saya. Yang saya tau saat itu dia pasti tengah lelap dalam tidurnya. Atau mungkin sedang larut dalam pertandingan bola liga favoritenya. Tapi dia akan dengan sabar mengangkat telpon saya. Tidak peduli seberapa lelap tidurnya. Bahkan tidak peduli seberapa serunya pertandingan bola yang sedang dia saksikan.
Lalu kemudian dia akan bertanya ada apa. Dan bermenit-menit lamanya mendengarkan saya bercerita panjang lebar - bahkan terkadang cerita yang itu-itu saja. Kemudian dia akan berkata pelan, bahwa dia menyayangi saya. Dia akan mengucapkan tiga kata ajaib itu. Seakan berbisik. Karena dia mengucapkannya dengan begitu pelan dan tepat ditelinga saya. Iya, kan? Dia berada diujung telpon sana, dan saya diujung telpon yang ini.
Selalu. Disetiap pertengahan malam saya terbangun tiba-tiba dari tidur saya. Disetiap pukul tiga lebih dua puluh dini hari. Entah keterbiasaan atau karena alasan lain yang saya juga nggak tau sampe sekarang. Mungkin Allah membangunkan saya untuk saya mengambil wudhu dan kemudian sholat malam. Mungkin. Mungkin juga karena alasan lain.
Tak jarang saya bangun dengan ketakutan. Terkadang karena mimpi buruk yang barusan saya alami. Tapi seringnya sih karena ketika terbangun, saya berada dalam kamar sendirian dengan keadaan gelap. Lalu saya akan meraba dalam gelap mencari handphone. Handphone yang selalu saya letakkan di meja sebelah tempat tidur saya. Menekan agak lama pada angka 7. Dan kemudian telpon akan terhubung padanya.
Iya. Dia. Pacar saya.
Dan dia nggak pernah protes. Meski mungkin dia sedang lelah dan butuh tidur pulas tanpa gangguan. Meski mungkin liga bola yang disaksikannya sedang sangat seru. Meski mungkin dia bosan mendengarkan rengekan saya yang itu-itu saja. Meski mungkin.....
Tapi dia selalu menjadi pukul tiga lebih dua puluh pagi saya. Yang apapun kondisinya akan selalu mengangkat telpon saya. Yang kemudian akan dengan sabar menunggu saya tertidur kembali. Yang membiarkan telpon tetap tersambung meski saya sudah tertidur. Yang kemudian, setelah memastikan saya benar-benar tertidur, dia akan mematikan telpon dan melanjutkan lagi tidurnya yang tertunda.
.weheartit. |
Dia. Pukul tiga lebih dua puluh pagi saya.
Iya. Setiap orang pasti punya seseorang yang menjadi "pukul sekian" baginya.
Mbak Hanny dengan pukul tiga paginya.
Mbak Wangi dengan pukul sebelas malamnya.
Saya? Saya punya dia. Pukul tiga lebih dua puluh pagi saya.
Kalo kalian? Siapa "pukul sekian" kalian? :)
Aku baru saj akehilangan pukul tiga lebih duapuluh pagiku. Karena aku baru sadar yang selama ini aku telpon bukan Kamu hahaha
BalasHapusNice Dhea
Hahhahahaaa. Terimakasih sudah mampir, mas :D
BalasHapusHahhahahaaa. Terimakasih sudah mampir, mas :D
BalasHapus