Dear Bebii,
Hari ini aku cuma pengen ketemu kamu terus dipeluk seharian. Dibisikin kalimat sayang dan dibikin percaya kalau semuanya akan selalu baik-baik saja.
Dapet kabar mendadak begini sebenernya udah biasa buat aku. Apalagi untuk urusan dapet giliran pertama sekali. Semestinya sih aku nggak perlu kaget-kaget banget gini kan, ya? Semestinya dari awal aku sudah bisa nebak. Toh sepanjang sejarah kuliah, untuk urusan persentasi-an ini, aku selalu bernasib baik dengan dapet giliran di awal. Mulai dari metodologi penelitian, seminar akuntansi, ujian proposal, dan bahkan ujian komprehensif ini. Haaaaaaaahhhhhhh....
Aku takut, sayang. Seperti yang selalu aku bilang sama kamu. Kalo ada satu-satunya hal yang aku nggak siap dari rentetan proses menuju Sarjana Ekonomi ini adalah : Ujian Komprehensif. Aku nggak siap, sayang. Bahkan mungkin walau waktunya masih berbulan-bulan lagi, aku tetap nggak akan siap. Kamu mestilah tau gimana aku selama ini kan?
Bukan... Aku bukan nggak sanggup mempertanggung jawabkan skripsi aku. Kalo untuk urusan itu, aku bahkan siap lahir batin meski tanpa belajar. Aku memahami isi skripsiku dengan baik, sayang. Kamu pasti tau kan betapa aku berjuang keras untuk skripsi ini. Yang aku nggak siap adalah pertanyaan yang kelak akan diajukan dosen seputar mata kuliah yang sudah aku ambil. Kalau itu tentang pajak, aku yakin aku pasti masih hafal. Meski nggak semua, tapi ada beberapa hal yang terekam dengan baik dalam otak aku. Sementara pelajaran lain? Apalagi kalau itu Akuntansi Keuangan. Kamu pasti tau kan kalo materi-materi itu nggak pernah bertahan lama dalem otak aku. Langsung hilang begitu ujian selesai.
Belum lagi ruangan ujiannya, sayang. Kamu pasti tau banget betapa aku mengkhawatirkan ini. Ruangan sempit dengan AC yang kenceng banget dan orangnya cuma beberapa. Membayangkannya saja udah bikin aku kehilangan nafas. Gimana kalo nanti aku sesek nafas ditengah ujian? Gimana kalo semuanya jadi blank dan aku nggak bisa jawab apa-apa? Gimana kalo... Ahhh...
Kalau boleh meminjam istilah kamu, sayang... Sekarang ini rasanya ada begitu banyak paku yang menancap dikepalaku. Sakit dan berat sekali rasanya. Dari dapet kabar aku ujian pertama, hari rabu ini. Dengan dosen penguji tamu ibu oma, kepalaku langsung berat, aku bahkan nggak mau bangun dari tempat tidur. Mendadak langsung nggak enak badan dan rasanya mau demam.
Bahkan telpon kamu pun nggak membuat segalanya menjadi ringan. Masih ada yang mengganjal dan membuat aku kesulitan bernafas, sayang... Entah untuk alasan apa. Tapi aku benar-benar ketakutan. Meski kamu bilang kadang hal-hal yang begitu kita takutkan, justru tidak terjadi. Tapi aku tetep takut.
Aku mau kamu, sayang. Aku mau kamu ada disini. Aku mau dipeluk.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar