Penulis : Roy Saputra, Mia Haryono, Grahita, Dendi Riandi.
Penerbit : Gradien
Tahun terbit : 2012
Jadi ceritanya gue udah baca draft-nya trave(love)ing ini, tapi pas dapet versi cetaknya tetep aja gituh gue baca ulang. Ada sensasi yang jelas beda banget dari baca pdf-nya via android dengan layar seupil sama baca versi bukunya :)
Pertama dan segala yang paling utama, terimakasih karena sudah dikasih kesempatan menjadi draft reader dan ngasih testimonial buat trave(love)ing ini ya kakak-kakak penulis! :D
Sesuai tagline-nya. Hati patah, kaki melangkah. Jadi trave(love)ing ini based on true story para penulisnya, yang bercerita tentang keempat sahabat yang (secara kebetulan) bersama-sama melakukan perjalanan dalam rangka mengobati patah hati. Yang gue suka, trave(love)ing mampu menyajikan dua sisi cerita yang feel-nya sama-sama dapet. Cerita tentang jalan-jalannya dapet, cerita tentang patah hatinya juga dapet banget.
Membaca trave(love)ing semacam penggalauan buat gue, sekalipun gue sedang tidak berada dalam nuansa patah hati. Tapi kisah-kisah manis dan berbalut sedih yang ada didalamnya bikin perasaan sendu. Yang tadinya fine-fine aja tiba-tiba pengen mewek, padahal nggak ada masalah apa-apa. Nyahahhaha. Cuma pengen mewek gegara terbawa suasana cerita didalam trave(love)ing. Atau emang gue-nya aja yang emang beneran cengeng banget yak? :D
Mungkin jarak tidak akan membuat kita lupa pada kenangan. Tapi... mengingatnya lebih sedikit. (Mia Haryono)
Tulisan demi tulisan di dalamnya mampu membawa gue hanyut dalam perasaan. Ikut menikmati denyut perih yang Grahita rasakan. Ikut pingin nangis waktu Mia menceritakan tentang mantannya. Dan jadi sirik abis-abisan baca cerita jalan-jalannya Roy dan Dendi. Duh! Tapi.. antara sedih dan sirik, perasaan paling dominan yang gue rasakan saat baca buku ini adalah sedih. Kalo dikasih persentase, sirik dengan cerita jalan-jalannya sekitar 40 persen. Selebihnya yang 60 persen itu sedih. Apalagi bagian cewek-cewek yang nulis. Kalo part Roy sama Dendi sih banyakan senyumnya pas gue baca. Kalo part Mia sama Grahita yang, aaakkk jleb jleb jleb sekaleeeee..
Ada satu bagian paling gue suka. Oh bukan bagian, tapi satu tulisan. Ada satu tulisan paling gue suka di trave(love)ing ini. Satu tulisan yang nancep banget diotak gue dan terekam dengan baik. Satu tulisan yang begitu baca, bikin gue merinding dan kemudian mewek. Satu tulisan, yang lantas ketika gue dapet buku versi cetaknya langsung gue cari dan gue baca ulang pertama kali. Satu tulisan yang adalah sebuah surat dari Grahita untuk Mr. Kopi. Itu... Surat itu... amat sangat.... aahhh kalian harus baca sendiri untuk memahami perasaannya :’)
Selain itu, ada pula kutipan yang paling nancep di ingatan gue dari sejak gue baca draft sampe gue baca lagi versi bukunya. “Distance means nothing when someone is your everything”. Semacam menyadarkan gue kalo ada pasangan yang pada akhirnya menyerah pada jarak, berarti.... ah sudahlah nanti malah jadi curcol :p
Gue suka cara keempat penulis menceritakan sendiri-sendiri pengalaman jalan-jalan dan patah hati mereka masing-masing dan bagaimana mereka menghubungkannya satu sama lain menjadi satu cerita yang utuh. Mereka ini jalan-jalannya sendiri-sendiri loh. Mia ke dubai, Grahita ke Bali, Dendi ke Singapura, dan Roy ke Kuala Lumpur. Dan cara mereka menghubungkan antar satu cerita dengan cerita lainnya itu bener-bener pas, nggak ngegantung, dan nyambung banget.
Gue suka rhyme-rhyme yang ada di awal setiap part. Gue suka potongan-potongan tweet dan kalimat-kalimat manis yang ditulis Mia, manis dan nancep. Gue suka dibikin senyum geli baca footnote nggak pentingnya Dendi dan Roy. Gue suka surat Mr.Kopi-nya Grahita. Gue suka diajak jalan-jalan lewat baca cerita mereka doang. Gue suka cover pink muda dengan gambar jam yang angkanya udah diganti sama move-on dan broken. Gue suka karena dihalaman ucapan terimakasih ada nama gue dan ada testimonial dari gue disini #eh. Intinya, gue suka trave(love)ing.
IMO... Trave(love)ing nggak cuma cocok dibaca sama mereka yang sedang patah hati dan ingin move-on kok. Tapi buat mereka yang hubungannya sedang baik-baik saja pun trave(love)ing asik-asik aja buat dibaca. NGGAK! Bukan buat persiapan kalo suatu saat mereka patah hati loh ya. Tapi buat menikmati cerita-cerita didalamnya dan buat pembelajaran supaya kita lebih menyayangi orang yang ada sama kita saat ini, sebelum perasaan itu menjadi terlambat dan kemudian sia-sia :’) Intinya... gue Cuma pengen bilang kalo trave(love)ing itu cocok untuk dibaca oleh siapapun dengan setiap jenis nuansa hati apapun.
Well. Seperti yang kemaren sempat gue tweet. Gue pengen banget nyuruh seseorang beli dan baca trave(love)ing, sekedar untuk bikin dia tahu bahwa ada kalanya kita harus melepaskan seseorang yang amat sangat kita sayangi agar orang tersebut bahagia. Dan pula untuk menyadarkan dia bahwa, sesayang apapun kita dengan seseorang, ketika suatu hubungan itu berakhir, maka mau nggak mau kita harus berdamai dengan keadaan dan menerima kenyataan. Iya. Gue pengen banget dia beli dan baca trave(love)ing. You know who you are, beli dong bukunya biar lo bisa move-on dari gue #tsaaah
Dan... Diakhir postingan ini, izinkan gue mengutip salah satu footnote Dendi sebagai penutup tulisan gue. “Kepo itu artinya Ingin tahu banget, yang merupakan singkatan dari KEPOlisian”. Nggak ada hubungannya emang buat penutup postingan, pengen aja gituh gue nulis disini x))
PS : Ada banyak kutipan-kutipan manis lainnya yang pengen gue kutip tapi ntar malah jadi spoiler. Gih beli bukunya terus baca terus temuin sendiri kutipan-kutipan manis didalamnya. Yang mana kutipan yang paling kamu sukai? Share sama gue yuk! :D
Published with Blogger-droid v1.7.4
Tidak ada komentar:
Posting Komentar