Dear Takita...
Aku tidak dilahirkan dalam suatu keluarga yang gemar membaca. Mamah dan Papah tidak pernah membacakan dongeng atau cerita apapun untukku. Tapi, sejak aku bisa membaca, papah kerap kali membelikan aku buku bacaan. Biasanya, sebulan sekali, setiap beliau pulang kerja, akan ada oleh-oleh buku untukku.
Kau tau, sayang? Aku tinggal di kota kecil di Sumatera Selatan. Tidak ada toko buku semacam gramedia disini. Online book store pun belum semarak sekarang. Satu-satunya cara aku mendapatkan buku bacaan adalah dengan menitip kepada papah yang kerja ke ibu kota, untuk dibawakan saat beliau pulang.
Lalu kemudian, aku juga mengenal majalah Bobo. Itu pun tidak bisa membeli setiap minggu, sayang. Hanya kalau nilai-nilai pelajaranku di sekolah bagus, maka mamah akan menghadiahi aku majalah Bobo. Makanya, sampe sekarang pun, aku terbiasa "menghadiahi" diriku dengan buku apabila berhasil meraih sesuatu.
Sekarang sudah enak. Aku bisa ke ibukota sendiri untuk belanja buku. Aku juga bisa belanja buku online. Dan kau tau koleksi bukuku sayang? Sudah tiga rak penuh. Papah membuatkan rak-rakan dari kayu untuk menampung semuanya. Semua aku jaga dengan baik, aku rawat baik-baik, karena bagiku "mereka" adalah harta. Kelak, kalau koleksi bukuku sudah banyak, aku akan membuat perpustakaan baca untuk umum sayang :)
Aku masih tinggal di kota kecil ini. Sudah 20 tahun, dan tetap belum ada toko buku. Kesadaran masyarakat disini terhadap membaca masih sangat minim. Tak perlu jauh-jauh, dua adikku saja bahkan tidak pernah menyentuh satupun koleksi bukuku. Di rumah, hanya aku yang "gila" membaca :)
Aku mau punya perpustakaan baca untuk umum, yang siapapun bisa meminjam dan ikut membaca disana. Aku mau, masyarakat sini bisa gampang menyalurkan hobi membacanya. Aku tidak ingin adik-adik generasi sekarang di daerahku merasakan kesulitan mendapatkan buku seperti yang dulu aku rasakan. Bukankah itu rasanya tidak enak, sayang? Ingin membaca tapi tidak ada buku yang akan dibaca.
Well, sayang. Kak Dhea kecil tidak pernah dibacakan dongeng menjelang tidur oleh kedua orang tuanya. Tapi kamu tau? Itu tidak lantas membuat aku mengikuti jejak beliau-beliau. Aku belum punya anak, tapi aku kerap kali membacakan cerita untuk keponakan-keponakanku yang masih kecil. Dan rasanya, mengharukan, melihat betapa mereka menikmati aku yang membacakan cerita untuk mereka. Surga! :')
Aku hanya tidak ingin mereka merasakan apa yang dulu aku rasakan. Susah mendapatkan buku bacaan dan tidak pernah dibacakan cerita. Mimpiku itu saja kok, takita sayang. Sederhana kan? Mudah-mudahan aku bisa mewujudkannya, ya.
Ohya, jangan lupa bilang terimakasih pada ayah dan bundamu yang kerap membacakanmu cerita. Tidak semua anak seberuntung kamu, sayang :)
Peluk cium..
Kak Dhea :*
Aku tidak dilahirkan dalam suatu keluarga yang gemar membaca. Mamah dan Papah tidak pernah membacakan dongeng atau cerita apapun untukku. Tapi, sejak aku bisa membaca, papah kerap kali membelikan aku buku bacaan. Biasanya, sebulan sekali, setiap beliau pulang kerja, akan ada oleh-oleh buku untukku.
Kau tau, sayang? Aku tinggal di kota kecil di Sumatera Selatan. Tidak ada toko buku semacam gramedia disini. Online book store pun belum semarak sekarang. Satu-satunya cara aku mendapatkan buku bacaan adalah dengan menitip kepada papah yang kerja ke ibu kota, untuk dibawakan saat beliau pulang.
Lalu kemudian, aku juga mengenal majalah Bobo. Itu pun tidak bisa membeli setiap minggu, sayang. Hanya kalau nilai-nilai pelajaranku di sekolah bagus, maka mamah akan menghadiahi aku majalah Bobo. Makanya, sampe sekarang pun, aku terbiasa "menghadiahi" diriku dengan buku apabila berhasil meraih sesuatu.
Sekarang sudah enak. Aku bisa ke ibukota sendiri untuk belanja buku. Aku juga bisa belanja buku online. Dan kau tau koleksi bukuku sayang? Sudah tiga rak penuh. Papah membuatkan rak-rakan dari kayu untuk menampung semuanya. Semua aku jaga dengan baik, aku rawat baik-baik, karena bagiku "mereka" adalah harta. Kelak, kalau koleksi bukuku sudah banyak, aku akan membuat perpustakaan baca untuk umum sayang :)
Aku masih tinggal di kota kecil ini. Sudah 20 tahun, dan tetap belum ada toko buku. Kesadaran masyarakat disini terhadap membaca masih sangat minim. Tak perlu jauh-jauh, dua adikku saja bahkan tidak pernah menyentuh satupun koleksi bukuku. Di rumah, hanya aku yang "gila" membaca :)
Aku mau punya perpustakaan baca untuk umum, yang siapapun bisa meminjam dan ikut membaca disana. Aku mau, masyarakat sini bisa gampang menyalurkan hobi membacanya. Aku tidak ingin adik-adik generasi sekarang di daerahku merasakan kesulitan mendapatkan buku seperti yang dulu aku rasakan. Bukankah itu rasanya tidak enak, sayang? Ingin membaca tapi tidak ada buku yang akan dibaca.
Well, sayang. Kak Dhea kecil tidak pernah dibacakan dongeng menjelang tidur oleh kedua orang tuanya. Tapi kamu tau? Itu tidak lantas membuat aku mengikuti jejak beliau-beliau. Aku belum punya anak, tapi aku kerap kali membacakan cerita untuk keponakan-keponakanku yang masih kecil. Dan rasanya, mengharukan, melihat betapa mereka menikmati aku yang membacakan cerita untuk mereka. Surga! :')
Aku hanya tidak ingin mereka merasakan apa yang dulu aku rasakan. Susah mendapatkan buku bacaan dan tidak pernah dibacakan cerita. Mimpiku itu saja kok, takita sayang. Sederhana kan? Mudah-mudahan aku bisa mewujudkannya, ya.
Ohya, jangan lupa bilang terimakasih pada ayah dan bundamu yang kerap membacakanmu cerita. Tidak semua anak seberuntung kamu, sayang :)
Peluk cium..
Kak Dhea :*
posted from Bloggeroid
Aaahhh samaan, aku juga banyak punya koleksi majalah Bobo sampai sekarang masih langganan di rumah *walaupunudah gede* :)))
BalasHapusHehehe *(/ˆ˛ˆ)/\(ˆ,ˆ\)
BalasHapus