16 Februari 2011

The Infamous -- Cantik itu bukan segalanya kok!!

Judul Buku : The Infamous
Penulis : Silvia Arnie
Penerbit : Gagasmedia

Jadi saya baru saja kelar baca The Infamous. Well, aku suka cover nya by the way. KUning ngejreng. Bikin inget something nice with someone special hahahahha aku juga suka ada kutipan-kutipan lirik lagu di awal setiap bab. Memancing pembaca menebak-nebak bagaimana isi bab tersebut. Karena biasanya kan lirik lagu mewakilkan isi cerita :)

Baca bab pertama. Ehm. Agak sedikit membosankan menurutku. Entah kenapa. Nyaris tidak ada yang menarik yang membuat aku ingin melanjutkan ke selanjutnya. Well, aku seperti sudah punya gambaran sendiri apa yang akan terjadi di akhir cerita. Maka aku sempat meninggalkan buku ini semalam, dan melanjutkan membaca lagi di pagi harinya.

Hanya saja aku penasaran. Siapa dalang dari segala penyebab kerumitan dalam hidup si tokoh utama cewek pada novel ini.

Hingga muncullah irene. Yang memiliki ciri-ciri sama dengan seseorang yang disebut-sebut sebagai dalang dari segala kehancuran Adriana. Itu adalah titik penasaran aku mulai terpancing. aku mengira irene adalah dalang itu. Maka aku meneruskan membaca. Terus menerus menikmati konflik konflik yang ditawarkan pada cerita.

Oke, ini konflik “biasa”. as my relationship. nama nya juga romance. apa sih permasalahan cinta itu? pasti itu itu saja, bukan? Tapi itu tadi, tinggal bagaimana penulis mampu membuat suatu konflik itu menjadi benar-benar menegangkan dan asyik untuk dibaca. Bagaimana mereka membuat konflik ini tampak beda.

Aku menyelesaikan membaca selama seharian ini. Mengurung diri dikamar dengan hanya sebotol air putih (mamah ku adalah orang yang sangat bawel untuk urusan minum. Beliau tidak peduli aku ngemil apa nggak, tapi beliau bakal marah besar kalo aku sampe lupa minum minimal dua jam sekali, fiuh!)

and well, yah, ending nya ketebak. Tapi SIAPA yang menjadi dalang nya yang benar-benar tidak ketebak. Aku bener-bener dibikin shock begitu ikutan sadar bahwa sahabat nya sendiri, si Ayana, yang menjadi dalang. Ayana yang, ehm, totally perfect. Yang bahkan bikin tokoh utama cwek dalam novel ini (adriana) iri setengah mati. Ayana yang cantik, yang bahkan selalu menari perhatian lelaki manapun yang melihat dia lewat. Ayana yang membuat Adri merasa seperti sapi gendut.

Siapa sangka kalau gadis secantik ayana menyimpan iri pada sapi gendut macam Adriana? Ayana yang iri karena Adriana memilik pacar yang ganteng dan baik hati. Ardiana yang punya keluarga serta teman-teman yang hebat dan begitu perhatian padanya. Padahal adriana sendiri iri setengah mati atas kecantikan Ayana.

Jadi itulah, suatu kesimpulan yang paling melekat dalam otak saya setelah membaca novel ini adalah bahwa ketika kita iri akan kecantikan seseorang, orang itu sebenarnya juga sedang iri pada kita. Aku pernah merasakannya. Saat aku iri setengah mati dengan teman yang cantiknya minta ampun dan berhasil mendapatkan apa yang dia inginkan dengan mudah, justru dia sedang iri padaku karena papah yang sering mengantarkan makan siang ke sekolah, atau aku yang juara olimpiade kota, aku yang langganan juara kelas, aku yang redaktur majalah dinding, aku yang kenal banyak orang karena aku wartawan remaja suatu harian umum di kotaku. She’s jeaalusy with me because I’m clever and smart, and because I have a fabolous family and friend.

So, buat apa cantik kalo kita tidak pintar? kalau cowok-cowok saja masih segan mendekati kita? kalau keluarga kita sibuk sendiri-sendiri? dan tidak ada teman yang benar-benar tulus ingin berteman dengan kita?

Cantik bukan segalanya! Enjoy your live! Thanks to God for give you a fabolous live!

(Kenapa jadi bahas masalah cantik dan segala tetek bengek iri, ya? Hihi)

Oke readers, ini romance. Cerita cinta yang banyak orang bilang picisan. Tapi aku suka. Lihat? Cerita cinta yang kalian bilang biasa-biasa saja ini punya suatu pelajaran berharga yang berusaha di bagi penulisnya loh!

Sebenernya sih, pelajaran yang aku tangkep dari cerita ini adalah bukan tentang cantik dan iri. Tapi tentang persahabatan. Kita tidak boleh egois dan mementingkan diri kita sendiri. Sahabat itu saling mengerti, bukan melulu ingin dimengerti. Saling mendengarkan, bukan melulu ingin didengarkan.
Jadi begitulah. Meski konflik “biasa” dan penyelesaian yang “biasa” pula. Juga meski dengan ending yang ketebak. I still heart this book.

Salut karena penulis mau bersusah payah menuangkan ide nya dalam bentuk tulisan sebanyak 288 halaman, dan berusaha menyisipkan pelajaran berharga di dalamnya,

Tidak ada buku yang tidak memberikan pelajaran apa-apa kepada pembacanya. Sekali lagi, meski ini hanya cerita cinta biasa. But, it nice for read.

Terkadang orang “sok” sastra butuh membaca buku-buku ringan seperti ini untuk membuka pemikiran mereka, bukannya dengan mencemooh setiap penulis yang tidak menulis dengan genre seperti mereka. #eaaaa #curcol

Yasudah, penasaran? Silahkan memburu bukunya di Gramedia. Terbitan Gagasmedia. Ditulis Oleh Silvia Arnie :D


..adyta purbaya..

1 komentar:

Blog Design ByWulansari